Sejarah Perang Tabuk – Perang Terakhir
Rasulullah SAW
Sejarah Perang
Tabuk menjadi sejarah peperangan terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW.
Seperti mendapat firasat tersendiri, Sang Nabi Allah SAW ini memimpin langsung
perang yang akan dilaksanakan di Tabuk, sebuah tempat yang letaknya di wilayah
Arab Saudi barat laut. Sebenarnya pada perang ini, tidak terjadi angkat senjata
atau pertempuran unjuk kekuatan. Namun bisa diselesaikan dengan perundungin.
Akan tetapi pada perang ini pula menjadi ujian bagi umat muslim. Mereka diuji
kesetiaannya untuk berperang, atau malah menikmati kekayaan yang saat itu
tengah dinikmati oleh kaum muslimin.
Sejarah Perang Tabuk
Perang ini
terjadi pada 630 M atau 9 H antara tentara Muslim dan pasukan Bizantium (Romawi
Timur). Hal ini berawal ketika kabilah Arab mengira bahwa kekuatan kaum
Muslimin sudah melemah karena kekalahan pada saat peperangan Mu’tah melawan
pasukan Bizantium.
Hal inilah yang membuat pasukan Bizantium dan sekutu
Ghassaniyah-nya berniat kembali menyerang umat Muslim dengan kekuatan 40-100
ribu pasukan.
Hal ini lalu
diketahui Rasulullah, Ia pun kemudian mengibarkan bendera menerima peparangan
ini. Rasulullah kemudian melakukan upaya preventif untuk melindungi kaum
muslimin yang ada di Madinah dengan menyiapkan 30 ribu pasukan. Pasukan ini lah
yang menjadi pasukan terbesar yang penah diturunkan Nabi sepanjang sejarah
perang yang dilaluinya.
Para sahabat lalu menyumbangkan hartanya untuk perang kali ini. Utsman Bin Affan menyedekahkan 900 Unta, 100 kuda dan 1000 Dinar. Abdurahman bin Auf yang menyumbang 200 uqiyah perak, yang satu uqiyah sama dengan 40 dirham, tak lupa Umar Bin Khattab yang menyumbang setengah hartanya, juga Abu Bakar yang seluruh hartanya untuk peperangan ini.
Para sahabat lalu menyumbangkan hartanya untuk perang kali ini. Utsman Bin Affan menyedekahkan 900 Unta, 100 kuda dan 1000 Dinar. Abdurahman bin Auf yang menyumbang 200 uqiyah perak, yang satu uqiyah sama dengan 40 dirham, tak lupa Umar Bin Khattab yang menyumbang setengah hartanya, juga Abu Bakar yang seluruh hartanya untuk peperangan ini.
Semangat Nabi
dan sahabat ternyata tidak diikuti oleh semangat perang kaum
munafik saat itu yang memilih untuk tetap tinggal di Madinah. Saat itu Madinah
tengah menikmati panen raya dan penduduk Madinah dalam keadaan kaya raya.
Akhirnya yang tinggal adalah kaum munafik, orang-orang udzur, wanita, anak-anak
dan sebagian kecil sahabat yang tak mendapatkan tunggangan padahal mereka
sangat ingin berperang. Tiga sahabat Rasulullah juga memilih untuk tinggal
menikmati kenikmatan dunia ketimbang ikut berperang. Salah satunya adalah Ka’ab
Bin Malik.
Rasulullah pun akhirnya meninggakan Madinah dan berjalan menujau Tabuk yang wilayahnya berjarak 800 km dari Madinah. Rasulullah SAW dan pasukan Muslimin menempuh perjalanan yang sangat panas saat itu dan memakan waktu sampai 20 hari. Karena banyaknya pasukan, mereka harus menghemat persediaan makanan dengan berbagai cara. Akhirnya satu untuk disembilih untuk dibagi kepada 18 orang. Bahkan mereka terpaksa menyembelih unta tersebut demi mendapatkan persediaan air yang disimpan unta karena keringnya cuaca saat itu. Perang ini bahkan dijuluki “Pasukan Jaisyul Usrah” yang artinya pasukan yang dalam keadaan sulit.
Sesampainya di Tabuk, ternyata pasukan Muslimin tidak menemukan satupun kaum lawan. Mereka menarik diri ke utara setelah mendengar kedatangannya pasukan Nabi Muhammad SAW. Romawi dan sekutunya merasa takut dan kuatir setelah mendengar Rasulullah SAW menggalang pasukan. Mereka berpencar ke batas-batas wilayahnya. Pasukan Muslim berada di Tabuk selama 10 hari. Ekspedisi ini dimanfaatkan Nabi Muhammad SAW untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang ada di sekitar Tabuk. Kemudian Rasulullah didatangi oleh Yuhanah bin Rubbah dari Ailah untuk menawarkan perjanjian perdamaian dengan beliau dan siap menyerahkan jizyah kepada beliau.
Rasulullah menulis selembar surat perjanjian dan memberikan kepada mereka yang kemudian mereka pegang. Akhirnya peperangan pun tidak jadi terjadi. Setelah 30 hari meninggalkan Madinah, akhirnya umat Islam kembali tanpa terjadi peperangan.
Pada Sejarah Perang Tabuk ini, umat Muslim memang diuji kesetiaannya. Mereka yang berada di Madinah menikmati bagaimana panen raya saat itu. Sementara Nabi dan umat muslim saat itu harus merasakan bagaimana perjuangan bisa sampai ke Tabuk.
Sepeninggal Rasulullah ke Tabuk, ternyata di Madinah sendiri sedang terjadi gejolak. Seorang tokoh dari Khazraj yang digelari Abu Amir Ar Rahib (Si Pendeta) ingin memecahbelah umat Muslim. Sebelum Rasulullah SAW tiba di Yastrib (Madinah) dia mempunyai kedudukan mulia di kalangan orang-orang Khazraj. Namun Ia tersingkir setelah Rasulullah SAW tiba sebagai Muhajir di Madinah dan “mendudukinya”. Pada kesematan perang Tabuk inilah menjadi saat yang tepat baginya untuk mengembalikan kedudukannya. Dia kemudian memerintahkan pendukungnya untuk membangun sebuah masjid berdekatan dengan Masjid Quba. Alasannya adalah untuk menimbulkan kemudaratan bagi kaum Muslim, menimbulkan jiwa bangga terhadap kaum Mukminin, memecah belah mereka, memata-mata mereka.
Namun sesampainya Rasulullah ke Madinah, Masjid ini dihancurkan oleh Nabi. Sebanyak 80 orang kaum Muslim yang tidak ikut perang akhirnya meminta ampunan. Semuanya dimaafkan namun hanya tiga yang ditangguhkan yakni; Kaab bin Malik, Murarah bin Ar-Rabi dan Hilal bin Ummayah. Ketiganya diisolasi alias didiamkan selama 50 malam dan mereka menerimanya. Dalam pengasingan tersebut, mereka seakan tidak dikenal oleh dunia ini. Bahkan Rasulullah hanya menjawab salam Ka’ab bin Malik dan kemudian memalingkan wajah saat bertemu dengnnya.
Hal tersebut terus terjadi hingga hari ke-40. Setalah 40 hari, hukuman yang didapat lebih berat lagi. Mereka tidak boleh mendekati istri-istri mereka selama 10 hari. Barulah pada hari ke-50 Rasulullah mengumumkan diterimanya taubat Ka’ab bin Malik beserta 2 orang sahabat yang lain. Sebenarnya Tabuk tidak hanya berbicara tentang perang, namun tentang tantangan pengorbanan, perasaan kebersamaan dan ketidakbersamaan.
Demikian sejarah tentang Perang Tabuk. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah keimanan kita terhadap Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar